Tuesday, March 27, 2018

Perjuangan Foto Prewed Itu...


Who's exciting for prewedding photography story?? hohoho~

Well, kali ini saya memang akan menceritakan kisah tentang sesi pemotretan prewedding yang saya lakukan #ihirr. Nah, sesungguhnya foto prewed ini saya lakukan sudah sejak Bulan Desember 2017 di Yogyakarta. Waduh, memang tergolong sudah lumayan lama. Maaf ya baru bisa share πŸ˜„ Nah, kira-kira kisah runtutnya seperti ini.

Gimana ceritanya kok (akhirnya) memutuskan untuk foto prewed?
Jadi ide ini tercetus pada saat malam-malam pembicaraan random kami melalui telepon, diawali dengan celetukan "gimana kalau kita foto prewed?" Well yah, dari saya sih sebenernya celetukannya. Haha. Tapi pasangan saya itu memang ‘nggak ada ide’ kalau disuruh mencetuskan sesuatu yang revolusioner. Yah, reaksi pertamanya tentu kaget. Karena memang sebetulnya kami ini belum lamaran! Lha, kok berani-beraninya mau prewed?? wakaka! 🀣

Jadi saya berfikir, foto prewed itu tidak harus dilakukan setelah acara lamaran dilangsungkan. Yah, nggak tahu juga memang waktu itu mau lamaran kapan, intinya sih kami udah yakin maju ke jenjang berikutnya *cieh! 😎Tapi misalnya pun acara lamaran masih lama, kan nanti hasil foto prewednya bisa digunakan buat stock foto lucu gitu. Toh selama ini kami memang belum pernah foto yang ‘niat’ pakai MUA. Terus, alasan kedua saya adalah misalnya acara lamaran masih lama, melakukan sesi foto prewed sekarang tuh nggak ada ruginya, karena kan hitung-hitung bisa mengurangi budget buat prepare acara lamaran dan nikah nanti. Ide itu saya sampaikan secara jujur dan terbuka, dan Alhamdulillah diterima dengan baik dan penuh senyuman. Haha πŸ˜™

Cerita nemuin vendor-vendor
Pada dasarnya pasangan saya ini paling nggak bisa, atau nggak suka jadi semacam leader (khusus dalam hal-hal beginian). Contoh lainnya adalah pada saat traveling, dia paling nggak suka atau nggak bisa (?) kalau disuruh nyusun itinerary, nyari-nyari transport, penginapan, dan lain-lainnya. Lha ini sama kasusnya untuk foto prewed. Jadi mau gak mau, tetap saya yang diangkat menjadi duta nyari vendor demi foto prewed yang hqq. Baiklah!

Jadi step-step yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, saya nyari-nyari vendor yang kira-kira harganya masih masuk akal dan masuk budget, tapi dengan hasil yang oke. Nah, sama dengan yang dilakukan banyak pasangan lain, saya mulai nyari-nyari vendor, lihat portofolio, minta price list, dan lain-lain. Akhirnya nemu beberapa vendor yang cocok. Semakin lama vendor semakin mengerucut, dan ada juga yang bentrok jadwal. Akhirnya saya memilih  salah satu vendor dan minta persetujuan pasangan, dan syukurlah dia juga cocok-cocok saja. Hehe

Salah satu tantangan adalah soal sewa baju yang akan dikenakan untuk foto. Jadi saya dan pasangan itu niatnya pengen yang tema Jawa gitu. Cuma yang Jawa klasik, bukan modern. Kebetulan lokasi yang paling cocok kayaknya sih di Jogja. Jadi ya nyari-nyari vendor baju Jawa klasik di daerah Jogja aja, tapi ternyata susahnya minta ampun! Tidak ada yang sesuai dengan baju Jawa yang saya idam-idamkan. Barulah nemu di salon daerah Solo. Dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diambillah opsi sewa baju di Solo itu. Agak ribet sih memang, ngambil dan balikinnya ribet harus Jogja-Solo, tapi ya mau bagaimana lagi. Waktu berangkat ngambil, saya masih ditemenin temen-temen saya yang ada di Solo, hehe. Waktu balikin bajunya dianter sama pasangan juga sih, syukurlah.

Oke, booking fotografer fix, tempat fix, baju fix, MUA fix juga, tibalah ke moment yang dinanti-nanti yaitu sesi pemotretan prewedding. Yeay!  Sehari sebelum pemotretan, saya berangkat dari Surabaya dan turun di stasiun Solo buat ngambil baju. Sore saya naik kereta dari Solo ke Jogja dan dijemput sama driver penginapan. Kebetulan memang lokasi foto saya besok di penginapan tersebut, dan saya sudah booked kamar pada hari itu sampai besok. Sampai disana, saya sedikit leyeh-leyeh bentar, karena capek sist, abis muter-muter Solo. Selain itu, saya juga masih amazed sama interior penginapan yang saya sewa. Nuansanya itu Jawa klasik banget, sangat sesuai dengan yang saya idam-idamkan. Jadi kamarnya hanya menggunakan penerangan dari lampu bohlam kuning dengan tempat lampu jaman dulu gitu loh, digantung di langit-langit. Oh ya, pasangan saya baru bisa datang besok subuhnya, karena kerja lembur bagai quda sampai malam dan masih perjalanan ke Jogja. Jadi intinya saya memang sendirian saja di tempat itu.

Waktu leyeh-leyeh juga saya habiskan untuk menelusur seluruh sudut isi kamar, Jawa banget asli! Lalu tiba-tiba ada ketukan pintu, dan waktu saya buka, ternyata dianterin makan malam dong sama restonya, syukurlah. Saya makan malam dalam nuansa keheningan karena memang di dalam kamar tersebut nggak ada televisi nya guys! Haha. Yah sejujurnya agak krik-krik juga sih, nggak ada suara apapun, nggak ada teman ngobrol, dan cuma makan sendirian. Akhirnya mata saya melayang kemana-mana menelusur seisi ruangan lagi. Dan kemudian telinga saya menangkap suara agak aneh, yang berasal dari arah AC. Oke, saya abaikan, saya makan lagi dengan cuek. Kemudian suara tersebut terdengar lagi, dan otomatis pandangan mata saya langsung menuju kemana pendengaran telinga saya menuntun, yaitu di daerah AC. Lama saya amati, ada apakah gerangan di AC tersebut sehingga menimbulkan bunyi aneh dan tidak bisa diabaikan itu. Bunyinya itu seperti ‘klotak-klotak’ cuma lebih ringan, bukan semacam bunyi ketukan di pintu. Kemudian tak lama, pandangan saya jatuh kepada sesosok makhluk agak hitam yang menempel di belakang AC. Saya terpaku cukup lama ke bayangan hewan tersebut, dan lama-lama, pupil mata saya mengenali bahwasanya makhluk tersebut adalah tokek!! Oh my life! 😱 Reaksi pertama tentu terkejut luar biasa, reaksi kedua tentu saja ketakutan dong! Gimana kalau tiba-tiba tuh tokek jatuh menimpa saya yang lagi asyik dinner dibawahnya? Yaelah.. 😩

Kira-kira beginilah penampakan ruang / kamar yang saya tempati malam itu. Mon maap foto cuma diambil pakai kamera handphone waktu itu, karena emang nggak mau sok berani foto-foto lingkungan sekitar. haha

penampakan kasur dan ruang tengah / meja makan

inilah lokasi AC ber-tokek dan pintu yang mengarah ke kamar mandi. pintunya jg bonus kelambu putih lho

Oke, langkah yang saya tempuh tentu adalah menelepon resepsionis hotel. Laporan bahwa ada tokek di dalam kamar saya. Oh ya, biar saya jelaskan ya tentang interior kamar ini. Jadi kamar ini langit-langitnya cukup tinggi, namun nggak ada plafonnya. Jadi pandangan mata bisa langsung tembus ke genteng dan rangka kayu diatas kepala. Tidak lama, petugas hotel datang, dan membawa… sapu! 😞 Oh my life, sapu rumah biasa guys, yang biasa untuk menyapu rumah. Bagaimana bisa mengusir tokek yang berada di langit-langit yang sangat tinggi itu?? Dengan sangsi saya tanya kepada bapaknya, “Pak, memang sampai ya Pak, ke langit-langit? Memang nggak ada alat lain ya pak, buat menangkap tokeknya?” dan dengan santainya si bapak menjawab, “ini saya memang nggak bisa nangkep mbak, bisanya cuma ngusir”. Jadi maksudnya si bapak ini kurang lebih begini : dengan senjata sapu yang dimilikinya, si bapak hendak memindahkan lokasi ‘penempelan’ si tokek di langit-langit. Whatt???!! Gimana kalau tokeknya malah marah atau ketakutan trus jatuh gara-gara diganggu sapu tak sampai semampai itu????!! 😭

Akhirnya si bapak menjelaskan kalau si tokek itu emang udah ‘biasa tinggal’ di dalam kamar tersebut. Udah rumahnya dia katanya. Jadi misalnya berhasil ditangkap dan dibuang, pasti percuma karena doi bakal balik lagi ntar kedalam kamar itu. What de…. πŸ˜“ Okelah kata-kata kasar saya telan kembali. Saya hanya tidak habis pikir dan percaya dengan perkataan si bapak. Baiklah, akhirnya si bapak ngeloyor pergi tanpa hasil apa-apa, dan si tokek tetap di singgasananya mengawasi saya melanjutkan makan malam. Glek! 😨 Saya tetap makan walaupun jadi kehilangan nafsu makan, ya gimana, laper. Saya makan sambil pandangan mata tetap keatas mengawasi posisi tuh tokek, takut sewaktu-waktu dia memutuskan untuk jatoh, hiiyyy!! Keparnoan sayapun kembali, saya mencoba menelusur langit-langit genteng diatas ubun-ubun saya, yah siapa tahu kan ya, tokeknya kesana. Eh ternyata memang benar ada tokek diatas ubun-ubun saya! 😱😭Pandangan langsung saya edarkan tajam ke belakang AC, tokek tadi masih ada! Wah, berarti ini the another tokek!! What the…! πŸ˜“ Mata saya menelusur lagi, dan ternyata masih ada satu lagi tokek diatas kepala sayaaa.. huaaaa… (nangis-pengen kabur)! 😭😭😭

pintu yang mengarah ke kamar mandi + bonus meja rias yang yah.. begitulah

Nafsu makan saya hilang sudah, tiba-tiba jadi nggak laper sama sekali. Me versus tiga tokek, oke saya nyerah! Saya langsung menuju ke kasur untuk mengamankan diri. Tapi parno lagi ngeliatin langit-langit kasur yang dari kayu jati tua gitu, semacam kasur ada tiangnya kaya punya simbah begitu lho. Saya takut ada tokeknya juga dikasur *parno abis! Untunglah nggak ada. Langsung saya pasang dan play musik online di kamar kenceng-kenceng. Untung masih ada colokan listrik didalam kamar *yaiyalah, memangnya itu hutan? Plis
πŸ˜‘
ada kolam renang di belakang kamar pas, ada pintu shortcut dari kamar ke kolam renang ini

Tapi lama-lama saya bosan juga, dan lama-lama kok lapar lagi? Haha.. masih lapar lebih tepatnya. Akhirnya saya memberanikan diri balik ke meja makan, dan melanjutkan makan dibawah naungan para tokek! Haha.. Lucu juga, tapi lama-lama saya menganggap mereka sebagai ‘teman’ saya di kamar yang hening dan krik-krik itu. Saya udah kaya orang gila saking sepinya dan butuh temen ngobrol. Saya ngajakin mereka ngobrol, nanyain kabar mereka, kenalan, tujuan saya kesana mau ngapain, udah berapa lama mereka tinggal disana, mereka udah makan belum, laper nggak, *eh kok malah keterusan baper (ya sebenernya ngeri juga sih kalau tiba-tiba tokeknya bisa jawab. hiii) 😨

Moment kemudian berlanjut ke saat-saat mendebarkan lainnya, yaitu mandi! Saat itu udah hampir tengah malem, ya jam 11an lah. Abis perjalanan jauh gitu, pasti bau kecut kan, dan badan juga udah pliket nggak enak sama sekali. Mau nggak mau saya harus mandi. Dengan hati-hati ngambil handuk di cantolan dibawah AC bertokek, takut dia kaget terus jatoh!
😱 Untunglah aman. Kemudian saya melenggang ke kamar mandi luar - eh dalem, eh gimana ya jelasinnya? Jadi pada dasarnya kamar mandi itu masih ada di dalam kompleks bangunan tembok kamar, cuma nggak tau kenapa, arsiteknya memutuskan untuk menaruh kamar mandi itu setengah diluar bangunan kamar. Jadi kalau dari kamar, saya harus membuka pintu yang seolah-olah keluar, tapi ternyata itu masih part of room. Ruangan kamar mandi luas banget, dengan interior yang modern : WC duduk, wastafel, dan bahkan shower with bathup walaupun dibangun dari semacam batuan alam. Enak nih kayaknya kalau pagi bisa berendam disini.

beginilah gambaran nuansa indoor / outdoor (?) bathroom - lihat posisi cermin wastafel sebelah kiri

Masalahnya ini saya mandi malam, hampir tengah malam pula! Untunglah bukan mandi kembang tengah malam~😩 Jadi kamar mandi ini dikelilingi tembok tinggi, namun tak beratap! Alias nggak ada langit-langitnya sama sekali. Jadi kalau lihat atas, langsung deh ngliatin bintang-bintang langit malam, ditambah dengan semilir angin malam dari sawah dibalik tembok yang nggak mudah juga untuk diabaikan. Untunglah lampu penerangan kamar mandi ini warnanya putih, ya walaupun nggak bisa menerangi seluruh area kamar mandi. Saya gosok gigi dulu dengan pakaian lengkap di wastafel, tentu dengan pintu ke kamar yang tetap saya biarkan terbuka lebar (tapi pintu kamar depan saya kunci dari dalam ya). Waktu gosok gigi, sedikit creepy juga sih, karena kan kita ngeliatin kaca wastafel nih, mana belakang kita itu langsung tembok dan diatas tembok udah nggak ada apa-apa lagi, melainkan langit malam berbintang. Minimnya suara ini ditutup sama bunyi-bunyian dari hewan di sawah dibalik tembok, ngeri banget gaess!! 😩😨 Oke saya memang meminimalisir untuk kontak mata dengan kaca wastafel sesering mungkin, kebanyakan sih saya nunduk ngeliatin kran air aja. Ya you know lah, untuk menghindari hal-hal yang benar-benar tidak diinginkan. Sip!

wastafel kalau siang - nggak nyeremin sama sekali apalagi ditambah modelnya cantik begitu *ehem

Oke tahap berikutnya adalah yang paling berat, yaitu mandi nyiram badan. Saya emang nggak ada niatan sama sekali sih buat berendam lama-lama di bathup. Pokoknya mandi cepet, asal selesai dan bersih. Pertama agak takut juga kalau nggak ada air hangatnya, eh syukurlah ada. Sambil mandi, pandangan saya mengedar ke atas lagi, dan di sudut tentu saja ada tokek lagi donggg!! *bosen sama tokek 😩 Tapi yang mengherankan, saya tidak merasa takut, malah lega, karena merasa ada temannya, lah! πŸ˜… Iya, jadi untuk mengusir rasa takut, itu tokek saya lihatin terus dan saya ajak ngobrol. Haha! Jangan-jangan memang saya sudah gila, atau depresi tingkat tinggi. Sepintas, saya agak malu juga lagi mandi tapi dilihatin sepasang mata gitu, kan risih-risih malu gimana gitu sist, haha! πŸ˜†

Acara mandi tengah malam yang mendebarkan akhirnya selesai! πŸ‘Saya handukan dan pakai baju dikamar, pintu ke kamar mandi langsung saya kunci. Udah, nggak minum air lagi, biar nggak perlu pipis! Haha. Oke saya balik ke kamar sambil lihatin tokek dalam kamar, oke tetap ada tiga seperti sedia kala, lega *lah! Pokoknya habis itu kegiatan saya cuma duduk lagi di meja makan tengah kamar, kemudian berbaring aja dikasur, sapa tau bisa langsung tidur. Tapi herannya saya nggak ada perasaan ngantuk sama sekali lho. Entah kenapa, saat memejamkan mata, perasaan lagi diawasi oleh ‘nggak-tau-apa’ di dalam kamar itu kuat banget. Saya otomatis jadi langsung melek lebar-lebar lagi! Padahal posisi tidur saya waktu itu miring menghadap ke kamar, bukan tembok kasur. Ya kali kalau memunggungi kamar tiba-tiba ada yang nepok dari belakang, hiiyyy amit-amit!! 😱Jadi saya memilih menghadapi medan mengerikan itu face to face walaupun nggak berani sama sekali! Haha, pie toh?! Endingnya pokoknya saya cuma tidur-tidur ayam lah. Kebangun, kadang tidur, nggak nyenyak pokoknya. Perasaan saya agak lega waktu mendapati ketukan di pintu waktu hampir subuh. Yup, ketukan pasangan saya dataangggg *terharu sekaligus lega luar biasa ada temennya, bukan tokek lagi *hiks πŸ˜₯

wefie dulu sama team fotografer

Kami duduk-duduk ngobrol bentar, lalu habis subuh saya langsung mandi (lagi) karena bentar lagi MUA pasti datang untuk mendandani saya. Dan benar aja, waktu mandi hampir selesai, si mba MUA udah datang. Jadilah saya harus menyelesaikan mandi cepat-cepat. Nggak sempet sarapan juga sih, karena satu jam kemudian, team photographer datang. Kami melakukan banyak sesi foto di berbagai spot / lokasi pemotretan. Waktu foto sih asyik-asyik aja, dan kira-kira tengah hari, sesi foto selesai. Lega sekaligus deg-deg an nunggu hasilnya. Saya langsung bersihin muka dan mandi (lagi) buat bersihin sisa-sisa makeup. Heran, banyak banget ya cerita mandinya. Ok, setelah selesai sesi pemotretan, kami langsung berangkat ke Solo buat balikin baju sewaan, wuaduh capek berat lah pokoknya. Tapi ya senang sih, udah plong berkurang satu tanggungan before wedding. Oh ya, update ya, hasil fotonya sih cucok-cucok binggo ya, sengaja saya cuma upload dikit di blog, lihat aja di Instagram, haha. Yah keren lah pokoknya, sesuai dengan yang diharapkan. Ya walaupun dibalik layar saya harus mengalami proses ‘amazing’ itu terlebih dulu. Hehe. Yah, buat pengalaman lah ya. Kalau misalnya ditanya mau balik kesana nggak? Hmm.. kalau siang sih oke, tapi kalau nginep, nggak dulu deh 😌

Gimana kalau kalian? Punya cerita 'amazing' juga soal foto prewedding? Cerita yuk! πŸ˜„








Wednesday, March 7, 2018

Kelebihan dan Kekurangan Transportasi di Kuala Lumpur


Tahun 2017 seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, saya berkesempatan mengunjungi sirkuit Sepang, dan nonton secara langsung pertandingan Moto GP 2017! Nah, tapi cerita tentang kehebohan saya itu sudah pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya. Namun keseluruhan cerita saya sebenarnya belum usai *ceilah. Maksudnya kan saya ke Kuala Lumpur gak cuma buat nonton GP, melainkan jalan-jalan juga dongg. Yah walaupun seperti kata banyak orang sih, di KL itu “nggak ada apa-apa”. Tapi bagi saya yang cupu ini, KL sudah cukup membuat saya amazed. Mengapa?

Pertama karena disana bahasanya gampang, mirip kaya di Indonesia, jadi perasaan takut kesasar itu minim banget. Kalau gak tahu arah, bisa tanya orang atau Google Maps, gampang. Jadi kesulitan bahasa benar-benar bukanlah suatu penghalang. Kedua, karena di KL banyak variasi makanan enak dengan harga yang cukup murah! Ini surga banget, surga belanja juga. Kebetulan saya nginep di daerah Bukit Bintang. Dan disana banyaaak sekali makanan enak. Mulai dari resto hingga jajanan lokal. Seperti gak kapok menjelajah disana terutama pada saat malam hari. Harganya gak kalah jauh seperti di Indonesia. Malah kadang lebih murah di KL (berasa sultan kalau disini). Ahaha! Alasan ketiga, karena di Malay banyak warga muslim, jadinya mau nyoba makanan apapun rasanya aman aja gitu, banyak banget pilihan makanan halal dimana-mana. Salah satu yang favorit adalah makan kebab yang ada di daerah kawasan Bukit Bintang. Aseli, enak bingits!! Emang cuma kebab ayam. Tapi rasanya kok bisa ya beda banget sama kebab-kebab di Indonesia apalagi kebab Baba Rafi. Jadi kebab disana tuh isiannya murni daging semua, kemudian dibungkus sama kulit kebab. Rasanya gurih banget, dan ada sedikit rasa kecutnya (yang mungkin bisa ditimbulkan dari mayonnaise atau bumbunya, yang jelas jadi enak). Duh kan ngeces, pengen makan lagii.. Huhuu.. mana harganya cuma RM6 alias cuma 18rebu doang gaess. Trus yang jual itu segerombolan pria-pria berwajah Arab pekerja keras yang wajahnya mirip Zayn Malik semua. Alamaaakk.. pengen balik deh ngapelin masnya :( Alasan keempat, sebenernya ada lumayan banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi kalau ke KL bagi para pelancong yang baru pertama kali kesana. Saya saja ada beberapa lokasi wisata yang belum kesampaian buat didatengin kemaren, nanti deh kapan-kapan balik kesana lagi (tapi males takut naik pesawatnya, gimana dong?) πŸ˜“


Peta MRT di KL

Namun yang ingin saya highlight dan share disini bukan tentang kuliner dan wisata belanja apalagi wisata di KL (nanti aja yah nyusul di artikel selanjutnya). Hal yang pengen saya ceritakan disini adalah tentang transportasi yang ada di Malaysia, atau di Kuala Lumpur lebih tepatnya. Saya gak tahu kalau di daerah lain, karena belum pernah kesana. Haha! Nah, jadi bagaimana keadaan transportasi di KL bagi saya?


Menurut kacamata saya, transportasi di KL sudah sangat memadai dan mudah (masih lebih unggul dari Indonesia tapi yah udah ada mirip-miripnya lah sama Singapore. Jadi di KL ada transportasi berupa bus dan MRT (kereta cepat), dan tentu saja taxi. Jadi misalnya dari bandara, gak perlu bingung-bingung, karena nyari transport di KL mudah dan murah. Ya, murah. Dalam artian yang sesungguhnya lho ya. Harganya gak berbanding jauh sama harga transportasi di Indonesia *menurut saya sih.


Mesin penjual tiket otomatis

Sedang mencermati gimana cara kerjanya. Haha


Kalau moda transportasi bus, hanya menggunakannya untuk keperluan transportasi dari bandara ke Sepang. Jadi sistemnya, beli dulu tiket bus di bandara, kemudian baru naik busnya. As simple as that. Tapi untuk keperluan jalan-jalan diseputar KL, saya lebih banyak menggunakan kereta cepat (MRT/LRT). Karena lebih murah juga, banyak stasiun pemberhentian yang strategis buat jalan-jalan, dan lebih cepet juga.


Jadi sebelum memutuskan mau naik kereta apa, kita harus tahu tujuan kita mau kemana, ke daerah mana, baru kita cari di peta MRT tujuan kita itu paling deket sama stasiun pemberhentian mana. Sebenernya ada beberapa nama dari kereta-kereta ini, misalnya LRT, KTM, MRT, dan lainnya apa lagi deh lupa saya, nggak paham juga bedanya apa. Haha


Tapi yakin deh, itu gak penting, karena kalau bingung, bisa tanya orang yekan? Haha. Nah, balik lagi ke sistem transportasi MRT yang ada di KL (aku sebutnya MRT aja ya biar gampang), ada beberapa highlight yang ingin saya tekankan. Pertama, mereka pakai semacam train coin sebagai alat pembayaran untuk tiket MRT ini.


Penampakan train coin

Ini train coin terbaru : RapidKL



Jadi gaess.. coin ini bisa kita dapatkan di anjungan-anjungan coin mandiri yang ada dideket stasiun. Haha.. Etapi beneran lho. Jadi di setiap stasiun pasti ada semacam mesin buat kita transaksi coin alias tiket MRT. Atau kalau gak mau / bingung beli sendiri di mesin, bisa kok beli ke pakcik/makcik yang ada di counter stasiun. Jadi caranya kita search dulu tujuan kita mau ke stasiun mana, nanti layar akan menampilkan berapa nominal yang harus kita bayar, setelah pembayaran selesai, coin akan ‘digelundungkan’ mesin ke tempat coin tray dalam mesin. Kita tinggal ambil dan gunakan deh, mudah bukan? (tutorial lengkapnya ntar saya upload di YouTube channel ane ya gan *janji-janji doang, realitanya kaga pernah punya waktu buat edit video trus upload. haha)


Untuk praktek naik MRTnya, sebetulnya tak kalah mudah. Jadi setelah dapat coin tersebut, langsung aja kita jalan ke papan penghalang yang menghubungkan stasiun dengan tempat nunggu kereta. Pada saat berangkat, coinnya cukup kita tempelkan aja ya gaes, dibagian atas scanner. Setelah pintunya terbuka, kita simpan lagi coinnya untuk kita pergunakan pada saat telah sampai di stasiun tujuan. Jadi coinnya gak boleh hilang gaes, apalagi dibawa ke Indonesia buat souvenir. Haha! Jadi setelah sampai stasiun tujuan, coin tadi kita masukkan ke mesin scanner yang ada di stasiun. Udah deh, beres. Jadi kita gak akan bawa-bawa coin itu kemana-mana lagi waktu jalan-jalan, cukup di kawasan stasiun dan kereta aja.


Can you see us?
Mejeng di depan ruang tunggu kereta

Ngomong-ngomong soal MRT di KL, terus terang aja saya sedikit kaget. Jadi dulu saya pernah naik MRT di SG. Nah awal-awal naik MRT kagok banget, karena MRT kan pasti penuh, jadi sering gak dapet tempat duduk, mana pegangan tangannya tinggi banget. Sering saya cuma pegangan tiang atau malah gak pegangan sama sekali. Jadi cupu banget, seringnya nyenggol dan nubruk orang lain waktu kereta tiba-tiba berhenti. Hasilnya saya sering dipelototin banyak orang selama naik MRT di SG, hehe. Cuma lama-lama saya tahu cheatnya biar gak nubrukin orang, yaitu meregangkan kaki lebar-lebar, minimal sesuai sama lebar badan, dijamin kaga doyong-doyong deh. Haha. Nah, berawal dari pengalaman naik MRT di SG tersebut, tentu saya pede dong, waktu gak dapet duduk, saya gak pegangan dan cuma modal rentangan kaki super lebar waktu naik MRT di KL. Ternyata kesombongan saya berbuah malapetaka. Bagaimana tidak, jika ternyata MRT di KL ini jalannya tidak hanya datar-datar saja melainkan kadang miring kanan-kiri.


Bukan Zayn Malik, cuma mahasiswa (kayaknya)

The girls in the train


Betapa shocknya saya kala itu, ketika MRT yang saya tumpangi dengan mendadak miring ke kanan! Alamakjang! Hampir saja jantung saya copot! Bukan karena badan yang mendadak hilang keseimbangan, tapi karena takut! Saya kira itu MRT rusak apa gimana, jalannya jadi miring-miring gitu hampir berapa ya 45 derajat ada deh. Asli, kaya naik wahana di taman bermain. Mana MRTnya itu jalannya gak cuma di gorong-gorong, alias dengan rute monorail (diatas gaess… diatas! *panik) biar gimanapun cukup tinggi juga lho itu. Gimana gak kaget dan berdebar-debar coba. Kayaknya misalnya saya sudah tahu pun, saya bakalan tetap memilih buat duduk aja daripada pegangan tapi berdiri. Ngeri banget. Kalau orang yang punya ketakutan sama ketinggian kaya saya ini sih, penting banget info macam begini. Hii..


Interior RapidKL

Interior RapidKL

Selain beberapa shocking experience tersebut, saya juga mau cerita tentang pengalaman lain selama naik transportasi di KL. Ya tetap naik MRT sih, tapi ini ceritanya agak beda. Jadi ceritanya saya dari stasiun A mau ke stasiun C. Akhirnya beli tiket coin untuk perjalanan dari stasiun A ke C, yekan? Nah, setelah lihat-lihat peta, akhirnya menyadari bahwa kalau turun di stasiun B, destinasi yang akan kami tuju tuh lebih deket daripada jika turun di stasiun C. Akhirnya kami memutuskan turun di stasiun B saja. Nah ketika mencemplungkan coin dalam scanner papan penghalang stasiun, betapa mengagetkannya bahwa palang penghalang pintu stasiun tidak mau terbuka! Sungguh sebuah situasi yang sangat mengejutkan sekaligus membingungkan! Jadi rombongan saya itu 3 orang, yang 2 orang sudah mencemplungkan koin, nah yang satu orang ini untungnya belum. Jadi kami bertiga ke counter petugas stasiun, trus menanyakan perihal ini. Usut punya usut, ternyata penumpang MRT dilarang turun disembarang stasiun yang (padahal) masih dilewatin antara stasiun awal sama stasiun tujuan gitu. Aneh kan? Ya mungkin lebih masuk akal kalau penumpang gak bisa turun sembarangan, kalau stasiunnya lebih jauh dari stasiun tujuan awal. Lha ini kan enggak. Tapi tetep gak bisa. Agak sebel sekaligus gak habis pikir juga. Nah, untuk kasus saya tadi, petugasnya mau ngelolosin kami bertiga di stasiun itu, asal kami bertiga masing-masing harus bayar additional charge sebesar 1RM per orang karena ‘udah nakal’ turun bukan di stasiun tujuan awal. Bhaik.


Stasiun di Batu Cave, mantap ramainya

Nah, ini nih yang mau saya highlight. Mungkin dari sisi kenyamanan, jenis moda transportasi, dan sisi yang lain-lain, udah oke banget ini transportasi di KL. Gak macet, cepet, aman pula. Tapi ya itu tadi, menurut saya kekurangannya, kurang efektif aja. Misalnya saja nih, saya mau ke stasiun C, tapi ternyata mendadak harus turun di stasiun B karena ada keperluan di daerah sana, jadi gak bisa. Ya bisa sih, tapi harus bayar lagi. Gak efektif banget dari sisi waktu dan keuangan. Pilihannya antara bolak-balik stasiun, atau bayar extra buat turun di stasiun dadakan. Solusinya sih harusnya pakai semacam kartu isi ulang gitu, bisa isi ulang saldo yang dikehendaki bebas bisa turun di stasiun mana aja, jadi lebih gak ribet. Yekan? Eh mungkin ada kali ya, kartu isi ulang begitu buat warga dan turis, cuman mungkin saya nya aja yang gak tahu. Haha, ya maap ye. Oh ya, satu lagi, resiko banget ini ticketnya bentuk coin. Kalau hilang atau ‘ketlisut’ ntah dimana gitu yaudah deh bye, pasti terhalang di stasiun tujuan. Kalau pakai card gitu kan bisa disimpan di dompet, case handphone, di tas, dikasih lanyard, dan metode penyimpanan lainnya. Kalau yang coin sih, so far saya cara nyimpennya cuma ditaruh di saku jeans belakang. Riskan banget ilang sebenernya.


Keriuhan di stasiun KL Sentral

Kesimpulan dari saya, moda transportasi MRT di KL itu murah, aman, nyaman, cepat, cuma kadang ya kaya roller coaster gitu jalannya, jadi bisa miring ke kanan dan ke kiri. Ahaha! Trus kelebihan lainnya, jalan kaki ke stasiun lumayan gak begitu jauh, stasiun MRT berada deket sama pusat-pusat perbelanjaan, tengah kota, dan lokasi strategis lainnya. Hmmm.. jadi pengen jalan-jalan lagi nih! 😍