Wednesday, March 7, 2018

Kelebihan dan Kekurangan Transportasi di Kuala Lumpur


Tahun 2017 seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, saya berkesempatan mengunjungi sirkuit Sepang, dan nonton secara langsung pertandingan Moto GP 2017! Nah, tapi cerita tentang kehebohan saya itu sudah pernah saya ceritakan di artikel sebelumnya. Namun keseluruhan cerita saya sebenarnya belum usai *ceilah. Maksudnya kan saya ke Kuala Lumpur gak cuma buat nonton GP, melainkan jalan-jalan juga dongg. Yah walaupun seperti kata banyak orang sih, di KL itu “nggak ada apa-apa”. Tapi bagi saya yang cupu ini, KL sudah cukup membuat saya amazed. Mengapa?

Pertama karena disana bahasanya gampang, mirip kaya di Indonesia, jadi perasaan takut kesasar itu minim banget. Kalau gak tahu arah, bisa tanya orang atau Google Maps, gampang. Jadi kesulitan bahasa benar-benar bukanlah suatu penghalang. Kedua, karena di KL banyak variasi makanan enak dengan harga yang cukup murah! Ini surga banget, surga belanja juga. Kebetulan saya nginep di daerah Bukit Bintang. Dan disana banyaaak sekali makanan enak. Mulai dari resto hingga jajanan lokal. Seperti gak kapok menjelajah disana terutama pada saat malam hari. Harganya gak kalah jauh seperti di Indonesia. Malah kadang lebih murah di KL (berasa sultan kalau disini). Ahaha! Alasan ketiga, karena di Malay banyak warga muslim, jadinya mau nyoba makanan apapun rasanya aman aja gitu, banyak banget pilihan makanan halal dimana-mana. Salah satu yang favorit adalah makan kebab yang ada di daerah kawasan Bukit Bintang. Aseli, enak bingits!! Emang cuma kebab ayam. Tapi rasanya kok bisa ya beda banget sama kebab-kebab di Indonesia apalagi kebab Baba Rafi. Jadi kebab disana tuh isiannya murni daging semua, kemudian dibungkus sama kulit kebab. Rasanya gurih banget, dan ada sedikit rasa kecutnya (yang mungkin bisa ditimbulkan dari mayonnaise atau bumbunya, yang jelas jadi enak). Duh kan ngeces, pengen makan lagii.. Huhuu.. mana harganya cuma RM6 alias cuma 18rebu doang gaess. Trus yang jual itu segerombolan pria-pria berwajah Arab pekerja keras yang wajahnya mirip Zayn Malik semua. Alamaaakk.. pengen balik deh ngapelin masnya :( Alasan keempat, sebenernya ada lumayan banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi kalau ke KL bagi para pelancong yang baru pertama kali kesana. Saya saja ada beberapa lokasi wisata yang belum kesampaian buat didatengin kemaren, nanti deh kapan-kapan balik kesana lagi (tapi males takut naik pesawatnya, gimana dong?) 😓


Peta MRT di KL

Namun yang ingin saya highlight dan share disini bukan tentang kuliner dan wisata belanja apalagi wisata di KL (nanti aja yah nyusul di artikel selanjutnya). Hal yang pengen saya ceritakan disini adalah tentang transportasi yang ada di Malaysia, atau di Kuala Lumpur lebih tepatnya. Saya gak tahu kalau di daerah lain, karena belum pernah kesana. Haha! Nah, jadi bagaimana keadaan transportasi di KL bagi saya?


Menurut kacamata saya, transportasi di KL sudah sangat memadai dan mudah (masih lebih unggul dari Indonesia tapi yah udah ada mirip-miripnya lah sama Singapore. Jadi di KL ada transportasi berupa bus dan MRT (kereta cepat), dan tentu saja taxi. Jadi misalnya dari bandara, gak perlu bingung-bingung, karena nyari transport di KL mudah dan murah. Ya, murah. Dalam artian yang sesungguhnya lho ya. Harganya gak berbanding jauh sama harga transportasi di Indonesia *menurut saya sih.


Mesin penjual tiket otomatis

Sedang mencermati gimana cara kerjanya. Haha


Kalau moda transportasi bus, hanya menggunakannya untuk keperluan transportasi dari bandara ke Sepang. Jadi sistemnya, beli dulu tiket bus di bandara, kemudian baru naik busnya. As simple as that. Tapi untuk keperluan jalan-jalan diseputar KL, saya lebih banyak menggunakan kereta cepat (MRT/LRT). Karena lebih murah juga, banyak stasiun pemberhentian yang strategis buat jalan-jalan, dan lebih cepet juga.


Jadi sebelum memutuskan mau naik kereta apa, kita harus tahu tujuan kita mau kemana, ke daerah mana, baru kita cari di peta MRT tujuan kita itu paling deket sama stasiun pemberhentian mana. Sebenernya ada beberapa nama dari kereta-kereta ini, misalnya LRT, KTM, MRT, dan lainnya apa lagi deh lupa saya, nggak paham juga bedanya apa. Haha


Tapi yakin deh, itu gak penting, karena kalau bingung, bisa tanya orang yekan? Haha. Nah, balik lagi ke sistem transportasi MRT yang ada di KL (aku sebutnya MRT aja ya biar gampang), ada beberapa highlight yang ingin saya tekankan. Pertama, mereka pakai semacam train coin sebagai alat pembayaran untuk tiket MRT ini.


Penampakan train coin

Ini train coin terbaru : RapidKL



Jadi gaess.. coin ini bisa kita dapatkan di anjungan-anjungan coin mandiri yang ada dideket stasiun. Haha.. Etapi beneran lho. Jadi di setiap stasiun pasti ada semacam mesin buat kita transaksi coin alias tiket MRT. Atau kalau gak mau / bingung beli sendiri di mesin, bisa kok beli ke pakcik/makcik yang ada di counter stasiun. Jadi caranya kita search dulu tujuan kita mau ke stasiun mana, nanti layar akan menampilkan berapa nominal yang harus kita bayar, setelah pembayaran selesai, coin akan ‘digelundungkan’ mesin ke tempat coin tray dalam mesin. Kita tinggal ambil dan gunakan deh, mudah bukan? (tutorial lengkapnya ntar saya upload di YouTube channel ane ya gan *janji-janji doang, realitanya kaga pernah punya waktu buat edit video trus upload. haha)


Untuk praktek naik MRTnya, sebetulnya tak kalah mudah. Jadi setelah dapat coin tersebut, langsung aja kita jalan ke papan penghalang yang menghubungkan stasiun dengan tempat nunggu kereta. Pada saat berangkat, coinnya cukup kita tempelkan aja ya gaes, dibagian atas scanner. Setelah pintunya terbuka, kita simpan lagi coinnya untuk kita pergunakan pada saat telah sampai di stasiun tujuan. Jadi coinnya gak boleh hilang gaes, apalagi dibawa ke Indonesia buat souvenir. Haha! Jadi setelah sampai stasiun tujuan, coin tadi kita masukkan ke mesin scanner yang ada di stasiun. Udah deh, beres. Jadi kita gak akan bawa-bawa coin itu kemana-mana lagi waktu jalan-jalan, cukup di kawasan stasiun dan kereta aja.


Can you see us?
Mejeng di depan ruang tunggu kereta

Ngomong-ngomong soal MRT di KL, terus terang aja saya sedikit kaget. Jadi dulu saya pernah naik MRT di SG. Nah awal-awal naik MRT kagok banget, karena MRT kan pasti penuh, jadi sering gak dapet tempat duduk, mana pegangan tangannya tinggi banget. Sering saya cuma pegangan tiang atau malah gak pegangan sama sekali. Jadi cupu banget, seringnya nyenggol dan nubruk orang lain waktu kereta tiba-tiba berhenti. Hasilnya saya sering dipelototin banyak orang selama naik MRT di SG, hehe. Cuma lama-lama saya tahu cheatnya biar gak nubrukin orang, yaitu meregangkan kaki lebar-lebar, minimal sesuai sama lebar badan, dijamin kaga doyong-doyong deh. Haha. Nah, berawal dari pengalaman naik MRT di SG tersebut, tentu saya pede dong, waktu gak dapet duduk, saya gak pegangan dan cuma modal rentangan kaki super lebar waktu naik MRT di KL. Ternyata kesombongan saya berbuah malapetaka. Bagaimana tidak, jika ternyata MRT di KL ini jalannya tidak hanya datar-datar saja melainkan kadang miring kanan-kiri.


Bukan Zayn Malik, cuma mahasiswa (kayaknya)

The girls in the train


Betapa shocknya saya kala itu, ketika MRT yang saya tumpangi dengan mendadak miring ke kanan! Alamakjang! Hampir saja jantung saya copot! Bukan karena badan yang mendadak hilang keseimbangan, tapi karena takut! Saya kira itu MRT rusak apa gimana, jalannya jadi miring-miring gitu hampir berapa ya 45 derajat ada deh. Asli, kaya naik wahana di taman bermain. Mana MRTnya itu jalannya gak cuma di gorong-gorong, alias dengan rute monorail (diatas gaess… diatas! *panik) biar gimanapun cukup tinggi juga lho itu. Gimana gak kaget dan berdebar-debar coba. Kayaknya misalnya saya sudah tahu pun, saya bakalan tetap memilih buat duduk aja daripada pegangan tapi berdiri. Ngeri banget. Kalau orang yang punya ketakutan sama ketinggian kaya saya ini sih, penting banget info macam begini. Hii..


Interior RapidKL

Interior RapidKL

Selain beberapa shocking experience tersebut, saya juga mau cerita tentang pengalaman lain selama naik transportasi di KL. Ya tetap naik MRT sih, tapi ini ceritanya agak beda. Jadi ceritanya saya dari stasiun A mau ke stasiun C. Akhirnya beli tiket coin untuk perjalanan dari stasiun A ke C, yekan? Nah, setelah lihat-lihat peta, akhirnya menyadari bahwa kalau turun di stasiun B, destinasi yang akan kami tuju tuh lebih deket daripada jika turun di stasiun C. Akhirnya kami memutuskan turun di stasiun B saja. Nah ketika mencemplungkan coin dalam scanner papan penghalang stasiun, betapa mengagetkannya bahwa palang penghalang pintu stasiun tidak mau terbuka! Sungguh sebuah situasi yang sangat mengejutkan sekaligus membingungkan! Jadi rombongan saya itu 3 orang, yang 2 orang sudah mencemplungkan koin, nah yang satu orang ini untungnya belum. Jadi kami bertiga ke counter petugas stasiun, trus menanyakan perihal ini. Usut punya usut, ternyata penumpang MRT dilarang turun disembarang stasiun yang (padahal) masih dilewatin antara stasiun awal sama stasiun tujuan gitu. Aneh kan? Ya mungkin lebih masuk akal kalau penumpang gak bisa turun sembarangan, kalau stasiunnya lebih jauh dari stasiun tujuan awal. Lha ini kan enggak. Tapi tetep gak bisa. Agak sebel sekaligus gak habis pikir juga. Nah, untuk kasus saya tadi, petugasnya mau ngelolosin kami bertiga di stasiun itu, asal kami bertiga masing-masing harus bayar additional charge sebesar 1RM per orang karena ‘udah nakal’ turun bukan di stasiun tujuan awal. Bhaik.


Stasiun di Batu Cave, mantap ramainya

Nah, ini nih yang mau saya highlight. Mungkin dari sisi kenyamanan, jenis moda transportasi, dan sisi yang lain-lain, udah oke banget ini transportasi di KL. Gak macet, cepet, aman pula. Tapi ya itu tadi, menurut saya kekurangannya, kurang efektif aja. Misalnya saja nih, saya mau ke stasiun C, tapi ternyata mendadak harus turun di stasiun B karena ada keperluan di daerah sana, jadi gak bisa. Ya bisa sih, tapi harus bayar lagi. Gak efektif banget dari sisi waktu dan keuangan. Pilihannya antara bolak-balik stasiun, atau bayar extra buat turun di stasiun dadakan. Solusinya sih harusnya pakai semacam kartu isi ulang gitu, bisa isi ulang saldo yang dikehendaki bebas bisa turun di stasiun mana aja, jadi lebih gak ribet. Yekan? Eh mungkin ada kali ya, kartu isi ulang begitu buat warga dan turis, cuman mungkin saya nya aja yang gak tahu. Haha, ya maap ye. Oh ya, satu lagi, resiko banget ini ticketnya bentuk coin. Kalau hilang atau ‘ketlisut’ ntah dimana gitu yaudah deh bye, pasti terhalang di stasiun tujuan. Kalau pakai card gitu kan bisa disimpan di dompet, case handphone, di tas, dikasih lanyard, dan metode penyimpanan lainnya. Kalau yang coin sih, so far saya cara nyimpennya cuma ditaruh di saku jeans belakang. Riskan banget ilang sebenernya.


Keriuhan di stasiun KL Sentral

Kesimpulan dari saya, moda transportasi MRT di KL itu murah, aman, nyaman, cepat, cuma kadang ya kaya roller coaster gitu jalannya, jadi bisa miring ke kanan dan ke kiri. Ahaha! Trus kelebihan lainnya, jalan kaki ke stasiun lumayan gak begitu jauh, stasiun MRT berada deket sama pusat-pusat perbelanjaan, tengah kota, dan lokasi strategis lainnya. Hmmm.. jadi pengen jalan-jalan lagi nih! 😍  















0 comments:

Post a Comment

Add Coments Below :