Tuesday, April 11, 2017

Pilihan-Pilihan dalam Hidup


Apa kalian termasuk orang yang sering pindah rumah? Hmm.. mungkin bukan rumah, kost-kost an mungkin? Atau pindah kontrakan? Ya setidaknya memindahkan banyak barang dari satu lokasi tinggal ke tempat tinggal yang lainnya. Berapa kali sudah kalian lakukan?

Jika orang yang telah terbiasa hidup nomaden atau menganut gaya hidup merantau pasti sudah sangat amat kenyang dengan 'ritual' pindahan ini.

Eh tunggu-tunggu, jangan menganggap remeh pindahan lho! Karena sekali mengalami, pasti sudah tahu bagaimana rasanya. Ya, ribet banget.

Kebetulan sejak awal kuliah saya memutuskan hidup terpisah dari kedua orang tua, merantau ke Yogyakarta. Bisa dibilang saya ini anak mama yang apa-apa tinggal menggantungkan ke orang tua saja. Nah, perpindahan ini pastinya memaksa seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri.

Kegalauan selalu hadir dan muncul dalam pikiran, dan itu berulang-ulang kali. Apa iya? Jadi nggak ya? Apa ini keputusan yang tepat? Begitu terus sampai kepalamu benar-benar pening.

Kegalauan itu juga melanda saya, tentu. Keputusan mengambil kuliah jauh-jauh antar provinsi membuat saya harus benar-benar berpikir 100 kali. Tapi saya pikir yasudahlah kalau tidak dicoba bagaimana mau tahu hasilnya? Dan akhirnya dengan kenekatan tersendiri, saya memutuskan kuliah jauh-jauh dari Jawa Timur, dimana saya disana, sendirian saja!

Untunglah saya masih memiliki beberapa teman dan kakak angkatan yang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri, dan juga berkuliah disana. Merasa sangat terbantu dengan kehadiran mereka. Perasaan tinggal sendirian, seorang diri di kota orang itu sangat kesepian. Untunglah perasaan ini tidak berlangsung lama, karena saya bertemu dengan banyak teman-teman kuliah lain dan kesibukan kuliah yang cukup menyita waktu.

Kesimpulannya, selama kurang lebih 5 tahun saya hidup di Jogja, saya merasa amat sangat betah! Bahkan sempat mempertimbangkan untuk memiliki rumah disana. Haha.. Eh banyak lho anak perantauan yang lulusan Jogja berpikir demikian. Jogja itu amat sangat nyaman, suasananya, orang-orangnya, semuanya sudut-sudut kotanya membuat nyaman dan betah. Tapi sebenarnya itu jebakan buat saya sendiri, karena rasa nyaman itu sebenarnya nggak akan membawa saya kemana-mana juga.



Apa sih yang saya cari dalam hidup kecuali improvement sedikit demi sedikit demi mencapai goals-goals hidup? Dan alasan inilah yang membuat saya mengambil keputusan meninggalkan kota tercinta.. Yogyakarta. Ya kenyamanan itu sangat berbahaya, dan saya harus keluar dari zona nyaman saya secepatnya.

Saya memilih kota Surabaya, sebuah ibukota yang tidak seramai Jakarta. Di Surabaya persaingannya jelas ada dan nyata, namun masih tidak seekstrem kota Jakarta. Inilah yang membuat sebagian orang di Surabaya termotivasi untuk bekerja dan berbisnis dengan lebih baik lagi dengan persaingan yang sehat dan ketat, termasuk saya. Saya merasa tertantang dengan ritme kerja yang jauh berbeda sekali dengan yang dulu.

Memang sedikit syock dan merasa ketinggalan, tapi tentu semua penyesuaian memerlukan waktu agar sedikit demi sedikit bisa settle di kota baru dengan baik. Ini bukanlah sebuah kendala, namun justru sebuah tantangan. Tinggal kita mau dan siap atau tidak menerima tantangan ini.

Kembali lagi ke soal pindahan, ya bisa dibayangkan bagaimana ribetnya kan? Berawal dari Jawa Timur ke Yoyakarta, kembali lagi pindah ke Jawa Timur. Luar biasa rasanya. Namun inilah yang saya namakan perjalanan hidup. Ini bagian dari resiko pilihan yang telah saya ambil. Ini adalah jalan yang harus saya lalui. Inilah pilihan saya, dan inilah takdir yang telah saya pilih untuk saya jalani.

Hidup adalah seputar bentuk pilihan-pilihan yang harus diambil. Ya, hidup memang seperti itu, terlepas dari apapun itu pilihannya. Seseorang yang saya kenal pernah berkata bahwa seberapa seringnya kamu berdoa minta petunjuk, semua akan kembali lagi ke keputusan kita sendiri. Berdoa hanya mencari ketentraman dan ketenangan hati, bukan untuk diyakinkan atau dipilihkan yang ini, atau yang itu. Pilih saja yang menurutmu benar, tenang saja, kalau salah, pasti deh nanti ditunjukkan sama Tuhan. Nah, dari kesalahan itu, kita akan tahu dan membuat alternatif pilihan lain dimana nanti disana kita akan dihadapkan dengan pilihan-pilihan berikutnya. Bagaimana? Luar biasa kan hidup ini, penuh dengan teka-teki dan pilihan.

Berangkat dari sana saya menjadi yakin dengan pilihan saya, karena kalaupun jalan yang saya ambil salah, pasti akan ditunjukkan kok salahnya dimana. Sekarang tinggal nyali ini siap untuk mencoba atau tidak. Tentu saja kita juga akan dihadapkan dengan tantangan lain seperti adaptasi dengan lingkungan baru, orang-orang baru, dan keadaan yang baru. Bagi sebagian besar orang, hal ini merupakan tantangan tersendiri. Begitu pula dengan saya. Meninggalkan zona nyaman untuk mencoba hal-hal baru yang sepenuhnya masih misteri dan tersembunyi, siap untuk kita explore lebih lanjut. Ibaratnya kita meninggalkan jalan raya yang sudah biasa kita lewati setiap harinya dan memilih jalan alternatif masuk ke dalam hutan dengan jalan sempit yang terjal. Tapi, mana tahu kita kalau dibalik jalan terjal ini nantinya bermuara pada jalan raya lain yang lebih lebar atau bisa juga lebih kecil dibandingkan dengan jalan raya yang telah kita tinggalkan sebelumnya.



Semua pilihan berada dalam diri kita masing-masing. Tergantung kita siap atau tidak, dengan resikonya, dengan keuntungannya, dengan kemungkinan-kemungkinannya, dengan peluangnya, dengan resikonya, dan dengan kesiapan diri serta batin kita sendiri. Apakah kita mampu melawan keinginan stay di satu tempat nyaman untuk waktu yang lama, atau menggoda diri kita sendiri untuk mencoba hal baru yang siapa tahu bisa lebih baik atau juga tidak lebih baik.

Semua tergantung dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain. Menggantungkan keputusan hidup pada orang lain hanya akan membuat keterbatasan dan mengekang kita untuk membuat pilihan-pilihan dalam hidup. Pilihan-pilihan kita tersebut menjadi dibatasi dan lenyap karena kita sudah dipilihkan sebuah jalan serta pilihan yang sudah dipilih oleh orang lain. Kalau seperti itu, dimana asyiknya? Setiap orang belajar dari setiap kesalahan yang dilakukannya kok. Itu sudah hukum alam tanpa seorang pun harus mengajarinya satu sama lain. Tidak ada orang yang pernah melakukan suatu kesalahan, di kemudian hari akan melakukan kesalahan yang sama. Selagi masih muda, lakukan banyak hal, coba berbagai hal, rasakan berbagai macam kegagalan, trial and error. Karena setelah melewati fase itu, kita akan tahu langkah apa yang harus kita ambil dan pertahankan untuk masa depan. Jadi, kalian sedang berada dalam fase hidup apa? Pilihan-pilihan apa yang harus kalian ambil?









0 comments:

Post a Comment

Add Coments Below :